AWALUDDIN MA’RIFATULLAH
(Awal Agama adalah mengenal Allah)
Ma’rifat itu
bahasa Arab, bahasa Indonesia, artinya mengenal. Ma’rifatullah artinya mengenal
Allah.
“Awaluddin Ma’rifatullah”
artinya, awal Agama adalah dengan mengenal Allah.
Allah Swt berfirman
:
“Hai manusia, sesungguhnya kamu
telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan
menemui-Nya”
(QS.
Al-Insyiqaaq : 6).
“Dan
jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang dimuka bumi ini, niscaya mereka
akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti
persangkaan belaka dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)”
(QS,
Al-An’am : 116)
Sahabat
…..
Bermula awal
Agama itu ialah dengan mengenal akan Allah dengan sebaik-baik dan
sebenar-benarnya pengenalan dengan bersandarkan pada ilmu yang yaqin. Kalau
sampai saat ini kita juga tidak kenal-kenal kepada-Nya, maka bagaimana caranya
kita sembahyang, bagaimana caranya kita berdzikir. Oleh sebab itu, kita mesti
kenal dulu baru kita dapat sembahyang, kita mesti kenal dulu baru kita dapat berdzikir
(mengingat-Nya). Itu sebabnya mengenal akan Allah Swt itu, hukumnya Fardhu
‘Ain.
Syare’at,
Tarekat, Hakekat dan Ma’rifat itu fardhunya, fardhu ‘Ain. Fardhu itu artinya
wajib, wajib itu artinya rukun, meninggalkan yang wajib/rukun maka hukumnya menjadi
tidak sempurna. Tidak sempurna artinya batal, jika batal maka itu artinya
perbuatan sia-sia atau tidak membawa manfaat. Lebih jauh dari itu bila hingga
sampai saat ini, detik ini kita belum kenal-kenal juga kepada-Nya maka kita
belum lagi disebut orang yang beragama.
Syekh Ibrahim
al-Lakkoni ra, dalam kitabnya “Jawaroh Tauhid” menyebutkan :
“Iqtikatlah
oleh sekalian kamu dengan iqtikat yang putus, bahwa segala permulaan yang
mula-mula sekali diwajibkan atas tiap-tiap orang yang mukkallaf itu, ialah
mengenal akan Allah”.
Syekh Ibnu
‘Ataillah ra, berkata dalam kitabnya “Tajul Arus”.
“Hanya
sesungguhnya yang sanggup mendurhakai akan Allah, yang sanggup maksiat kepada
Allah, adalah orang-orang yang tidak mengenal akan Allah”.
Ketidak
kenalan kita kepada Allah Swt dapat menyebabkan seluruh bentuk penghambaan kita
Syahadat, Sholat, Puasa, Dzakat dan Haji kita menjadi tidak sah, batal dan
sia-sia saja dalam pandangan-Nya.
Diri kita ini tidak ubahnya seperti burung tiung yang hanya pandai bersiul, suaranya indah dan merdu akan tetapi taukah ia dengan keindahan dan kemerduan siulannya itu, sampai dunia ini qiyamatpun ia sendiri tidak akan pernah tau apalagi merasakannya. Kita hanya pandai menyebut-nyebut Nama-Nya saja, sementara nama yang kita sebut-sebut itu kita sendiri tidak tau dan hanya dalam sangka-sangka saja, siapa itu …? Dan mana ujud-Nya ..?. Ada nama sudah pasti ada bendanya, ada benda sudah pasti ada namanya begitu pula dengan keberadaan Allah.
- Terangnya cahaya matahari,
lebih terang lagi Allah, tetapi kenapa kamu tidak melihat-Nya ?,
- Dekatnya biji mata hitam
dengan biji mata putih pada mata kita, lebih dekat dan nyata lagi Allah, tetapi
kenapa kamu tidak melihat-Nya ?.
- Lautan itu luas akan tetapi
lebih luas lagi Allah, tetapi mengapa kamu tidak melihat-Nya ?.
- Alam semesta ini sangat
besar, tetapi lebih besar lagi Allah, mengapa kamu tidak melihat-Nya ?.
- Allah itu tiada hijab, tiada
dinding dan tiada tabir mengapa kamu tidak melihat-Nya ?,
- Allah itu meliputi semesta
alam, artinya tiada ruang dan waktu yang tiada Allah padanya, tetapi kenapa
kamu tidak melihat-Nya ?
Perhatikan
beberapa Firman Allah dibawah ini yang mengisyaratkan tentang hal tersebut :
“Dan barang
siapa yang buta (hatinya) didunia ini, niscaya diakhirat (nanti) Ia akan lebih
buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar)”
(QS . Al-Israa
, ayat 72)
“Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan
oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya”
(QS. Qaaf ,
ayat 16)
“Dan Dia bersama kamu dimana saja kamu berada dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”
(QS. Al-Hadid, ayat 4)
“ Dia-lah yang
Awal dan yang Akhir, yang Zahir dan yang Batin, dan Dia Maha Mengetahui segala
sesuatu “
(QS.
Al-Hadiid, ayat 3)
“Ketahuilah,
bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan sesuatu yang
melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-banggaan
tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanaman-tanamannya
mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat
warnanya kuning, kemudian menjadi hancur (mati), ada azab yang keras dan
ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya dan kehidupan dunia ini tidak lain
hanyalah kesenangan yang menipu”
(QS.
Al-Hadiid, ayat 20).
“Hai Manusia, jika sesungguhnya kamu telah berusaha dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya”
(QS.
Al-Insyiqaaqm, ayat 6).
Sungguh
terlalu banyak jalan untuk dapat mengenal akan Allah. Sebagaimana yang di
katakana oleh Ulama :
“ATTUROQ
ILALLAH BI ‘ADADI ANFUSIL KHOLA’IQ”
(Jalan-jalan
yang boleh menyampaikan kita kepada mengenal akan Allah Swt itu, banyaknya
terlalu banyak, seperti banyaknya nafas-nafas makhluk Allah).
Salah satu
cara dari yang banyak itu, ialah dengan melihat pada diri kita sendiri, cara
ini adalah cara yang paling simple dan mudah serta terdekat untuk dapat
mengenal akan Allah dengan sebaik-baiknya pengenalan.
Allah Swt
berfirman dalam Al-Qur’an :
“WAFI
AMPUSIKUM APALA TUBSIRUN”
(Dan pada
diri-diri kamu itu, maka apakah kamu tidak melihat)
Hikmah dan
ma’na dari ayat tersebut menerangkan bahwa kalau kamu lihat dan kamu fikirkan
pada kejadian diri kamu sendiri, maka dengan fikiranmu pada kejadian dan
penciptaan kamu itu akan membuahkan dan menghasilkan Ma’rifat kepada Allah.
Rosulullah
Saw, bersabda :
“MAN AROPA
NAFSAHU FAQAD AROPA ROBBAHU”
(Barang siapa
mengenal diri niscaya ia mengenal Tuhannya)
Pada Hadits
Rosulullah Saw ini, ada beberapa golongan yang menyatakan bahwa Hadits ini
adalah Hadits palsu, memang kita tidak dapat menafikan akan kedudukan Hadits
ini.
Imam
As-Sam’ani mengatakan bahwa Hadits ini adalah Hadits yang Maudho (Hadist
rekaan).
“LAQIN
MA’NAHUS SHOHIH”
(Hadits ini
adalah Hadits Maudho (Hadits rekaan) tetapi ma’nanya sah). Hal ini juga
dikatakan oleh :
·
Imam
An-Nawawi dalam kitabnya “Fatawa Al-Imam Nawawi”
·
Syekh
Ibnu Hajar Al-Aitami dalam kitabnya “Al-Fatawa Al-Haditsiyah”.
·
Imam
Jalaluddin As-Suyuti dalam kitabnya “Al-Khawilil Fatawa”.
Hadits
tersebut diatas itu disebut dengan Hadits riwayat bil ma’na, yaitu diambil dari
Hadits Nabi Saw :
“AROFHAKUM
BINAFSIH, AROFHAKUM BIROBBIH”
(Orang yang
paling mengenal diantara kamu dengan dirinya, maka itulah orang yang paling
mengenal Tuhan-Nya).
Imam
Al-Mawardi galam kitabnya “Ad-Dhabuddin Wad-dunya”
Ketika
Sadatina ‘Aisyah ra, bertanya kepada Nabi Saw :
“YA
ROSULULLAH, MAN AROFUNNASI BI ROBBIH ?”
(Wahai
Rosulullah, Siapakah orang yang paling mengenal Tuhan-Nya diantara manusia ini
?)
Berkata
Rosulullah Saw :
“AROFUHUM
BINAFSIHI”
(Manusia yang
mengenal dirinya, itulah manusia yang paling mengenal Tuhan-Nya).
Jika mengikut
Syekh Muhammad Alawi Al-Maliki, Beliau mengatakan bahwa Hadits tersebut, masuk
pada ma’na ayat Al-Qur’an :
“WAFI
AMFUSIKUM APALA TUBSHIRUN”
(Dan pada
diri-diri kamu itu, apakah kamu tidak melihat).
Dengan hikmah
dan ma’na :
Seandainya dan
sekiranya kamu melihat pada dirimu, kemudian kamu fikir pada penciptaan Allah
terhadap dirimu, maka disitu akan membawa kamu mengenal siapa pencipta dirimu.
“QULLUMQ
TQDJIDUHU BI NAFSIHI FALAHU BI KHILAFIDJALIK”
(Tiap-tiap apa
saja yang kita dapati pada diri kita ini, maka Allah Swt menyalahi
perkara-perkara tersebut).
Hukum mengenal
diri itu wajib, jika tidak kenal maka berdosa, pasalnya oleh karena
meninggalkan hal yang wajib.
Dalam Qaidah Islam,
disebutkan :
“AL-WASAIL
HUKMUL MAKOSIDA” atau ‘LIL WASAILI TADMAUL MAKOSIDA”
(Segala
wasilah-wasilah itu hukumnya sama seperti hokum maksud).
Dalil tentang
mengenal Tuhan juga terdapat dalam Al-Qur’an.
“FA’LAM ANNAHU
LA ILAHA ILLALLAH”.
Yaitu pada kata
“FA’LAM”. Kata “FA’LAM” merupakan Fi’il Amar (Perintah).
Jika jalan
mengenal Allah itu ialah mengenal akan diri, maka mengenal diri itu akan
menjadi wasilah untuk mengenal Allah. (Kita tidak boleh mengenal Allah bila
kita tidak mengenal diri) dengan demikian maka hokum maksudnya adalah hokum
mengenal Allah, sedangkan wasilahnya juga hukumnya sama seperti hokum maksud.
(dengan demikian, mengenal diri itu juga hukumnya wajib).
Pada qaidah
yang mashurah disebutkan :
“QULLUMA YA
WAQQOFHU ALAIHIL FARDHU YAKUMU FARDHAN”.
(Tiap-tiap
perkara yang berhenti atasnya kefardhuan, maka perkara itu menjadi fardhu pula). Oleh karna mengenal Allah itu hukumnya
fardhu, maka mengenal diri itu juga hukumnya menjadi fardhu pula.
Keterangan ini, untuk menjawab pertikaian sebagian golongan yang berpendapat dan mengatakan bahwa “MAN AROPA NAFSAHU FAQAD AROPA ROBBAHU” itu merupakan Hadits palsu.
aslamualaikum wr brkth saya ingin mendalami ilmu ini tapi tidak ada guru. tlng post ke mailku ya? apalagi sekarang banyak aliran yang berkembang pesat salah satu salafi/wahaby yg sangat berpengaruh apalagi menganggap dia yang benar. rasanya tidak ada yang untuk mengadu tlng ya?
BalasHapusWaalaikumsalam... Bergurulah tuan dgn guru yg sebaiknya2... Percayalah Ilmu Makrifat itu, yg olg Utama.. Awalludin Makrifatullah (Awal Kehidupan Mengenal Allah) Kenal diri juga adalah yg utama, bagaimna serap nye Roh ke dlm jasad dan dari mana dtgnya Roh.. Allahu.... Dzat Allah terlalu besar... Bermuzakharah la bersama guru.. Cari seorg guru di Fb, yg bernama Putra Sham..
HapusWaalaikumsalam... Bergurulah tuan dgn guru yg sebaiknya2... Percayalah Ilmu Makrifat itu, yg olg Utama.. Awalludin Makrifatullah (Awal Kehidupan Mengenal Allah) Kenal diri juga adalah yg utama, bagaimna serap nye Roh ke dlm jasad dan dari mana dtgnya Roh.. Allahu.... Dzat Allah terlalu besar... Bermuzakharah la bersama guru.. Cari seorg guru di Fb, yg bernama Putra Sham..
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusAllahu akbar. Salam sejahtera sehat selalu. Salam kenal. Dr kutipan artikel diatas smg apa yg dikenal itu tahu ttg tujuan td. Yah klw blh sy ikut memposting, apa yg di sebut kebnyk kan manusia hny nama atw kalimah sj. Dan nabi adam a.s. Ketika diturunkan kebumi hny dibekali oleh Allah ilmu seribu nama. Sbg seorg nabi tentunya beliau bertanya mustahil ada nama tetapi tak ada wujud? Alquran sdh sangat jelas menelanjangkan bhw wujud Allah itu ada. Contoh nabi sulaiman a.s yg menuliskan surat kepada ratu bilqis diawali dg "Bismillahirrahmaanirrahim". Klw org paham mustahil bg nabi ada tulisannya tp si penulisnya tdk ada. Tp ini adlh petunjuk dr Allah dan org yg memahaminya adlh hidayah. Tak semua org diberikan hidayah takutnya timbul jd fitnah.
BalasHapusassallamuallaikum.. maaf saya cuma memberi masukan untuk ber tafakur soal saudara... semua jelas apa itu asmaul husna... mohon pamit saudaraku.. assallamuallaikum...
HapusAs.wr.wb.
BalasHapusSaudaraku zainal abidin, carilah seorang pembimbing ilmu hikmah/ilmu tauhid/ilmu makrifat/ilmu haq/ilmu laduni/ilmu hidayah, insya Alloh dg keinginan yg tulus pasti mendapatkannya.
Ws.wr.wb.
Asslamualaikum.. Alhamdulillah ilmu ini jarang sekali ada.. sekarang bnyk di ributkan masalah syariah saja.. alhamdulillah saya langsung di ajarkan sama orang tua saya.. karena pelajaran makrifat ini sudah turun menurun dari keluarga saya.. insyallah kalo saudra semua ada yang hadir di Bandar lampung kita bisa bertemu.. bisa kabarkam sya ke email gustamrachmat30@gmail.com
BalasHapusBanyak para ulama/ustadz tdk paham apa makna yg tersirat dari ilmu Tauhid,
BalasHapusMereka hanya berlandaskan dgn hadist dan Quran,yg ujung2 nya gmpg mengkafirkan orang lain..
Saya bersyukur ada guru yg tw dn paham dgn ilmu ushuUshulu,fiqi dan tasawuf,
Beliau TDK Pernah memandang materi, untuk mengajari kami,,
"Ibda Binafsik" mulailah dengan dirimu sendiri
BalasHapusAwal agama mengenal allah,..,makrifat itu ilmu yg harus di nomer satukan buka di nomer 2kan 3kan dan seterusnya. Andai seteiap orang mengkaji ilmu sebelum ilmu yg lain ilmu maktifat terlebih dahulu insya allah SELAMAT DINIA AKHIRAT..salam santun dari orang SUMEDANG..punsampun hampura insun..!!! Hatur nuhun.
BalasHapusSangat disayangkan kita bnyk ustadz tapi kurang paham dg ilmu Ketuhanan Tauhid. Bnyk umat yang belum mengenal Tuhannya, dirinya. Tapi Mereka rajin Syareat, sholat, puasa bahkan bisa mengaji Alquran. Tapi blm tau tajwidnya. Bahkan bnyk yg belum tau "Nikah Bathin" itu apa. Masya Allah.
BalasHapus